Pejalan Kaki Yang Tidak Merdeka


Pertama-tama, setelah sekian lama vakum tanpa cleaner karena saya bukan pembersih, akhirnya omragil.id kembali punya postingan. Meski yaa,.. lagi lagi, bukan artikel yang penting. Jadi jika sampean mengharapkan ada informasi yang informatif dari hasil membaca blog saya, maka sampean salah alamat. Alangkah baiknya segeralah tanya dora sama petanya biar dikasih alamat yang benar. Jangan tanya ayu ting ting, sebab ia sudah keburu salah alamat sebelum sempat memberikan alamat yang benar. Alih-alih mendapatkan alamat yang benar, sampean hanya akan disuguhi alamat palsu.


Owh,. Ia,. Tidak lupa saya ucapkan selamat datang pada mahasiswa-mahasiswa yang kebetulan saya ajar, lalu iseng buka blog saya. Gimana menurut sampean? Apa saya termasuk dosen yang layak jadi panutan, apa saya termasuk dosen yang bisa kalian idolakan?. Kalau ga,.?? Ya ga masalah. Sebab persepsi manusia akan membawanya kepada satu idola dan panutan menurutnya. Saran saya satu, sering-seringlah makan-makanan yang bergizi setelah membaca blog saya. Sebab membaca blog saya akan sama menyusahkanya dengan ngupasin kwaci yang sudah mlempem.


Kali ini saya akan menceritakan sedikit kegelisahan tentang ketidak merdekaan dinegri sendiri yang katanya sudah merdeka. Sebagai awalan, saya akan ceritakan kebiasaan saya yang masih sering kali jalan kakai untuk menempuh satu tujuan tertentu. Jika jaraknya dekat pastinya. Misalkan saja seperti dari kost saya menuju tempat saya bekerja. Maka saya pasti jalan kaki. Bukan sebab karena saya tidak punya motor, tapi memang karena belum punya motor. Itu dua hal yang berbeda, tolong dibedakan. Selain itu juga, meski saya lahir dijaman yang serba modern dengan modernitasnya, akan tetapi saya tetap masyarakat tradisional yang masih mementingkan kemampuan pribadi dari pada bergantung pada mesin. Atau paling mentok, saya akan menggunakan fasilitas umum seperti angkot, bus bahkan tukang becak.


Kebiasaan jalan kaki tersebut akhirnya membuat saya kerap kali berfikir. Bahwa negri ini bukan negri yang cukup ramah buat orang yang akhirnya memutuskan tidak mengikuti arus perubahan, tidak cukup ramah buat orang yang akhirnya memilih berbeda, tidak cukup ramah untuk sedikit orang atau kemudian kita sebut sebagai minoritas, tidak cukup merdeka dinegri yang katanya sudah merdeka. Tidak, sama sekali tidak. Kasus kecilnya dari ketidak merdekaan itu, dari ketidak ramahan itu adalah hak pejalan kaki menggunakan jalan. Iya,. Jalan kaki dinegri ini itu kaya orang mau mendirikan sholat dinegri gaza, banyak rudalnya, banyak perangnya. Kalau persamaan itu dinilai terlalu tinggi, maka bolehlah saya samakan dengan makan potongan ayam paling besar pada menu rica-rica ayam, pas digigit ternyata lengkuas. Kaya ada asyuu assyuunya gitu. Ehh,. Tunggu dulu,. Rica-rica ayam pake lengkuas ga yaah ???.



Sebagai landasan biar kita sama-sama paham bagaimana hak pejalan kaki menggunakan jalan, maka akan saya sampaikan juga mengenai undang-undang No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, khususnya pasal 131. Tiba-tiba saya jadi umat yang hapal undang-undang. Padahal biasanya saya Cuma hapal dasa dharma. Terima kasih google.

Bunyinya adalah demikian:

  • Pejalan kaki berhak atas ketersediaanya fasilitas pendukung berupa trotoar, tempat penyebrangan dan fasilitas lainya.


  • Pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyebrang jalan ditempat penyebrangan.


  • Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud diatas pejalan kaki berhak menyeberang ditempat yang dipilih dengan memperhatikan dirinya. 



Kemudian juga dalam undang-undang yang sama pada pasal 132 di sebutkan hak-hak pejalan kaki adalah sebagai berikut :

  • Pejalan kaki menggunakan jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki atau bagian jalan yang paling tepi.
  • Pejalan kaki wajib memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
  •  Pejalan kaki penyandang cacat harus mengenakan tanda khusus yang jelas dan mudah dikenali.


Namun sayangnya, kita atau bahkan saya sering kali kalah bahkan harus mengalah dengan para pengguna sepeda motor atau bahkan mobil sekalipun.

Saya kadang bahkan sering kali pengin sekali ngomong,. “ waaassssyuuuuuu,...” saat motor tiba-tiba saja melaju kencang, mendahului saya sampe mepet-mepet padahal saya sudah ditepian jalan paling tepi.

Kadang penggin sekali teriaak,.. “buuuuaaangggssyyyaattt” saat mobil ga tau tata krama mepet-mepet saya yang hanya sedang jalan kaki.

Saya kadang pengin sekali ngomong kasaar,.. “kaammmpreeettt”,. Saat motor tak mau mengalah sejenak padahal saya Cuma mau nyebrang jalan doank.

Begitulah fakta dan realitasnya. Negri ini memang tidak ramah, bahkan terlalu kasar dan lancang untuk pejalan kaki. Kapan yahh,. Saya beli mobil....??


No comments

No comments :

Post a Comment